Dengan pola asuh yang positif, anak yatim juga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik seperti anak dengan orangtua lengkap pada umumnya.
Mendidik anak yatim tentu berbeda dibanding membesarkan anak yang masih memiliki ibu dan ayah lengkap. Meski lebih berat, anak yatim tetap dapat memiliki masa depan cerah seperti halnya anak-anak dengan orangtua lengkap asalkan Anda tetap menerapkan pola parenting yang positif.
Berdasarkan ajaran agama Islam, yatim berasal dari kata ‘yatama, mudlori, yaitamu, yatmu’ yang berarti sedih atau sendiri. Sedangkan menurut istilah, anak yatim dapat diartikan sebagai anak yang tidak lagi memiliki ayah karena dipisahkan oleh kematian sebelum anak tersebut berusia baligh atau dewasa.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yatim bukan hanya mereka yang tidak lagi memiliki ayah. Anak yang masih punya ayah, namun ibunya sudah meninggal dunia juga dapat dikatakan sebagai yatim.
Bagaimana cara mendidik anak yatim?
Sebagai orangtua tunggal, Anda mungkin merasa harus memainkan peran ibu dan ayah sekaligus pada anak yatim sehingga anak akan tumbuh sempurna seperti teman-temannya. Oleh karena itu, Anda pun mengeset target yang muluk-muluk, seperti rumah harus selalu terlihat rapi, anak selalu makan masakan rumah, dan Si Kecil tumbuh sebagai anak yang ceria dan pintar di sekolah.
Pertama-tama, sebagai orangtua tunggal, yang harus Anda lakukan adalah menurunkan ekspektasi. Tidak ada satupun pola asuh yang sempurna, bahkan anak dengan orangtua yang masih lengkap pun belum tentu dapat tumbuh sempurna dan memenuhi ekspektasi banyak orang.
Sebaliknya, pola asuh anak yatim harus memprioritaskan perkembangan Si Kecil dan diri Anda sendiri. beberapa hal yang dapat Anda lakukan, antara lain:
1. Berbagi kenangan baik
Untuk mengingatkan anak yatim bahwa ia pernah memiliki keluarga yang utuh, Anda dapat berbagi kenangan indah tentang pasangan yang sudah meninggal. Dengan demikian, anak tetap bisa memiliki role model yang baik untuk perkembangan karakternya.
Bila ayah/ibu sudah meninggal sebelum anak bisa mengingatnya secara detail, Anda bisa menjelaskan banyak hal tentang pasangan. Jika anak masih bisa menggali memori tentang ayah/ibunya, ajak ia untuk mengingat kenangan baik tentang orangtua yang telah meninggalkannya
2.Perlihatkan Anak Jika Ibu Sayang Kepadanya
Memperlihatkan anak jika ibu sayang kepadanya penting dilakukan. Meski terlihat sepele, tetapi itu sangat berarti bagi anak. Jika ibu segan mengungkapkan rasa sayang, setidaknya tunjukkan dengan perbuatan.
3.Berikan Kebebasan dan Terapkan Batasannya
Meskipun penuh dengan rasa sayang, bukan berarti ibu memberikan izin anak untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Ibu tetap diberikan izin untuk membebaskan anak, tetapi dengan aturan dan batasan yang jelas. Jika anak melanggar, maka ajarkan anak untuk bertanggung jawab atas apa yang ia telah lakukan.
4.Meminta Bantuan Orang Lain
Jika ibu harus mencari nafkah untuk kehidupan, disarankan untuk menyewa pengasuh anak atau meminta bantuan pada kerabat terdekat. Menitipkan anak bukanlah perilaku yang tidak bertanggung jawab. Hal yang terpenting adalah, ibu tetap menyempatkan diri untuk melakukan quality time bersama anak saat hari libur.
5.Jangan Menyalahkan Keadaan
Jangan berlarut-larut menyalahkan keadaan yang terjadi. Ibu harus tetap fokus memperhatikan kesehatan anak, dan merawat diri sendiri. Jangan menyalahkan diri sendiri, karena hal ini sudah menjadi kehendak Tuhan. Sesekali menangis tidak mengapa, tetapi usahakan untuk selalu mencontohkan perilaku yang positif dan optimis kepada anak.
6.Jangan Membandingkan Diri Sendiri dan Orang Lain
Selalu beritahu dan ingatkan anak agar tidak membandingkan keluarganya dengan keluarga teman-temannya yang memiliki anggota keluarga lengkap. Ingatkan jika setiap keluarga memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Tanamkan prinsip pada anak, agar ia dapat menerima kenyataan dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya.